Pendahuluan
Ide dan proses kreatif seni membutuhkan wadah agar dapat bergerak, eksis, dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sayangnya di berbagai daerah kegiatan seni kurang diminati, dianggap asing, bahkan sering dikonotasikan dengan hal-hal negatif. Sejatinya seni berkaitan erat dengan keindahan (estetika). Untuk menciptakan suatu karya seni yang berkualitas dibutuhkan pemikiran, materi, dan energi. Ada banyak sekali contoh bagaimana seni mengangkat martabat suatu daerah, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pariwisata, bahkan menambah penghasilan daerah. Sederet contoh misalnya perhatikan Jember Fashion Week, Musik Festival di berbagai wilayah, Tari Saman Massal di Gayo Lues, Festival Danau Toba, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebenarnya banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk mengembangkan kegiatan keseniannya. Tapi hal tersebut tidak terjadi karena berbagai alasan. Berikut ini saya merangkum beberapa poin mengapa kegiatan kesenian di suatu daerah kurang atau tidak berkembang walaupun wilayah tersebut memiliki potensi.
Faktor yang membuat kesenian sulit berkembang di suatu daerah
1. Kurangnya tokoh penggerak seni. Kesenian seringkali kesulitan berkembang di suatu daerah karena kurangnya tokoh penggerak seni yang kuat dan berpengaruh. Tanpa sosok pemimpin yang mempromosikan, menginspirasi, dan memberikan dukungan finansial serta ide kreatif, banyak generasi muda tidak memiliki model untuk mengadopsi dan mengembangkan seni tersebut. Kekuatan dan momentum sebuah kesenian terikat erat pada individu-individu yang aktif dalam menciptakan, menyebarkan, dan memperjuangkan seni itu sendiri, sehingga kurangnya tokoh penggerak secara signifikan menghambat pertumbuhan dan keberlanjutan kesenian di daerah tertentu.
2. Pandangan masyarakat terhadap seni masih belum berkembang.
Seni di suatu daerah seringkali terpengaruh oleh pandangan masyarakat terhadap perkembangan seni tersebut, karena masyarakat tidak selalu memiliki pemahaman atau kesadaran yang mendalam mengenai perubahan dan evolusi dalam berbagai aliran seni. Ketika sebuah komunitas kurang tertarik pada seni modern atau eksperimental, mereka cenderung mempertahankan tradisi atau gaya seni yang lebih kuno, sehingga menghasilkan karya yang mungkin kurang inovatif dan selaras dengan pandangan tradisional yang sudah mapan. Akibatnya, karya seni di suatu daerah dapat terpaku pada estetika masa lalu tanpa terdorong oleh perkembangan dan minat baru dalam seni.
3. Kurangnya pemahaman terhadap seni.
Seni di suatu daerah seringkali terhambat karena pandangan masyarakat awam yang menganggapnya sebagai sekadar hiburan belaka, tanpa memahami nilai-nilai atau tujuan mendalam yang terkandung di dalamnya. Ketika masyarakat tidak memiliki apresiasi terhadap konsep seperti pesan sosial, eksplorasi filosofis, atau ekspresi artistik yang lebih kompleks, maka karya seni cenderung menjadi sekedar objek estetika yang dangkal, sehingga kurang memicu minat dan pemahaman yang lebih dalam.
4. Pola pikir lebih mengedepankan materi.
Pandangan masyarakat bahwa kegiatan berkesenian harus menghasilkan keuntungan finansial seringkali menjadi penghalang utama bagi perkembangan seni di suatu daerah, mendorong mereka untuk memprioritaskan profit daripada ekspresi artistik yang mendalam. Ketakutan akan kehilangan potensi pendapatan dan kesulitan keuangan ini seringkali menyebabkan kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam kegiatan seni. Betapa sering terjadi kegiatan kesenian menjadi ajang kerusuhan karena saling berbenturan kepentingan.
5. Anggapan seni hanya untuk sekedar hiburan untuk kepentingan politis.
Keterbatasan kemajuan seni di suatu daerah seringkali disebabkan oleh pandangan masyarakat bahwa kesenian hanyalah hiburan yang dikembangkan untuk kepentingan politik dan keuntungan pemilik kepentingan, sehingga mengabaikan nilai artistik dan intelektualnya. Kurangnya apresiasi terhadap seni sebagai ekspresi budaya, kritik sosial, atau bentuk pemberdayaan diri, serta kurangnya dukungan finansial yang berkelanjutan, secara keseluruhan menghambat perkembangan seni daerah tersebut dan mencegahnya mencapai potensi penuhnya.
6. Ego masyarakat cukup tinggi.
Ketika ego masyarakat terlalu tinggi dan mengutamakan kepentingan pribadi, seringkali berdampak pada stagnasi seni di suatu daerah. Ketidakpedulian terhadap nilai-nilai artistik, kurangnya penghargaan terhadap karya seni sebagai ekspresi budaya yang lebih luas, serta keinginan untuk memanfaatkannya secara komersial dapat menghambat perkembangan seni, sehingga melemahkan potensi kreatif dan inovatif daerah tersebut.
7. Penduduk yang multikultural yang belum bisa saling mengapresiasi dan menghargai satu sama lain.
Keterbatasan kemajuan seni di suatu daerah seringkali disebabkan oleh kurangnya apresiasi dan saling menghargai antarwarga masyarakat yang beragam. Ketika penduduk dari latar belakang budaya, bahasa, atau keyakinan yang berbeda belum mampu memahami dan mengapresiasi karya seni yang berasal dari berbagai perspektif, maka potensi kolaborasi dan inovasi dalam bidang seni terhambat, sehingga memperlambat perkembangan dan keberagaman seni di daerah tersebut.
8. Suatu kegiatan seni sering dikonotasikan dengan kegiatan negatif yang tidak perlu.
Seni di suatu daerah seringkali terhambat karena asosiasi negatif yang melekat pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengannya. Ketika masyarakat mengasosiasikan seni dengan perilaku negatif seperti kekerasan, kejahatan, atau masalah sosial lainnya, maka partisipasi dan apresiasi terhadap karya seni cenderung berkurang, sehingga menghambat perkembangan dan keberlanjutan seni daerah tersebut.
Penutup
Sebagai kesimpulan, penulisan ini menyoroti bahwa stagnasi seni di suatu wilayah tidaklah terjadi secara alami, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling kompleks dan saling memengaruhi. Meskipun terdapat tantangan signifikan, penting untuk diingat bahwa perubahan membutuhkan upaya kolektif dan perspektif yang terbuka terhadap kemungkinan baru. Dengan memahami akar masalahnya—termasuk ketidakpahaman masyarakat tentang nilai seni, kurangnya dukungan finansial, dan konflik antar budaya—kita dapat mulai merumuskan strategi yang lebih efektif untuk memicu pertumbuhan dan keberlanjutan seni.
Demikian penulis paparkan alasan mengapa kesenian di suatu wilayah kurang berkembang. Penjelasan lebih lanjut akan dimuat dalam tulisan selanjutnya. Semoga dapat menjadi refleksi bagi seluruh pihak terkait.

0 Komentar