Ada berbagai ragam pendekatan dalam menciptakan suatu karya musik. Satu diantara pendekatan tersebut adalah konsep back to front. Tulisan ini menjelaskan konsep back to front dalam penciptaan musik. Konsep back to front ini sebenarnya adalah konsep yang banyak diaplikasikan di seni lukis terkhusus yang membidangi lukisan lanskap. Bagaimana penerapan konsep back to front dalam penciptaan musik?
Pendahuluan
Beberapa produser musik berpendapat bahwa mengerjakan bunyi background (iringan) terlebih dahulu membantu mereka merasa menemukan cara untuk menyelesaikan proyeknya. Ini bisa jadi pembicaraan yang instruktif jika kita membahasnya lebih jauh. Ada suatu preseden di bidang seni lukis, dimana kebanyakan pelukis landskap membuat lukisan mulai dari bagian latar ke gambar fokus utama (depan).
Saya sangat menyukai ide tentang mengerjakan dari bagian latar terlebih dahulu lalu lanjut ke bagian lagu utama. Ide ini juga dapat diterapkan dalam produksi musik. Saya mengira barangkali dengan adanya rasa keterikatan dengan background (iringan) akan lebih mudah mengeksplorasi bentuk dan tekstur bunyi serta cara menghubungkan karakter dan tempat. Cara metode tersebut juga dapat menghindarkan produser musik untuk membuat detail bentuk musik yang terlalu banyak.
Saya pikir ada alasan yang bagus untuk membuat iringan (background) belakangan.Tapi akan jadi lebih menarik untuk membicarakan kenapa kebanyakan produser musik lebih cenderung membuat iringan (background) terlebih dahulu.
Konsep Back to Front dalam Penciptaan Musik
Pembuatan musik back to front dilakukan dengan cara membuat terlebih dahulu iringan baik berupa irama, akor atau backsound lalu membuat melodi berdasarkan iringan tersebut. Pembuatan iringan terlebih dahulu akan memberikan batasan untuk nada-nada apa saja yang dimainkan dalam lingkup iringan tersebut. Iringan musik juga akan membantu untuk mengeksplorasi bentuk dan tekstur bunyi, penyusunan bagian-bagian musik menjadi komposisi musik, dan memberikan kemudahan dalam tahapan-tahapan pengerjaan musik.
Dengan konsep back to front akan memudahkan untuk mengeksplorasi bentuk dan struktur bunyi dikarenakan adanya panduan dari iringan yang dibuat. Ini seperti kita membuat minuman dengan menyampurkan berbagai macam bahan dalam suatu wadah/gelas. Kita boleh menambahkan apa saja dalam wadah tersebut selama tidak tumpah atau melebihi ambang batasnya. Masalah rasa diserahkan pada masing-masing orang.
Penyusunan bagian-bagian musik menjadi komposisi musik juga dapat dipermudah dengan konsep ini. Setelah beberapa bagian musik dibuat berdasarkan suatu iringan, kemudian bagian-bagian tersebut disusun sesuai tema dan konsep yang diinginkan. Bahkan bagian-bagian musik yang sudah dibuat untuk suatu komposisi juga dapat dikembangkan sehingga lebih bervariasi.
Untuk pengerjaan musik dengan tengat waktu yang sempit konsep ini dapat menjadi senjata andalan karena akan lebih mudah menemukan ide-ide musikal dengan berpanduan pada iringannya. hal ini juga menghindarkan produser musik untuk membuat detail bunyi lebih awal yang cenderung memperlambat proses produksi.
Kelebihan
- Memudahkan eksplorasi bentuk dan tekstur bunyi.
- Memudahkan penyusunan bentuk komposisi secara utuh.
- Memudahkan tahapan-tahapan pengerjaan musik.
- Memberi batasan pada ide musik yang terlalu meluas.
- Menghindari pengerjaan detail komposisi yang terlalu awal.
Kekurangan
- Struktur komposisi menjadi terikat dan terkesan kaku.
- Cenderung sulit mengisi perpindahan (transisi) dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.
- Cenderung sulit mengisi perpindahan (transisi) dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.
Kesimpulan
Konsep produksi musik "Back to Front" dapat menjadi pilihan terutama dalam pengerjaan musik yang waktu pengerjaannya terbatas. Setiap produser memiliki caranya sendiri dalam memproduksi musik, namun hal yang terpenting adalah bagaimana mendapatkan ide yang brilian, membatasi ide tersebut agar tidak terlalu luas dan bagaimana menerjemahkan ide tersebut ke dalam musik. Selebihnya tinggal hal teknis produksinya hingga jadi.

0 Komentar